Sejak Kapan Pengikut Yesus Disebut Kristen? Fakta & Sejarah
Periode ini adalah fase formatif dalam sejarah Kekristenan, di mana ajaran Yesus menyebar dari komunitas kecil di Yerusalem ke berbagai wilayah Kekaisaran Romawi.
Istilah "Kristen" yang digunakan untuk menyebut pengikut Yesus memiliki asal-usul yang menarik, yang mencerminkan perkembangan identitas agama ini.
Gereja Mula-Mula Kristen
Gereja mula-mula berakar pada pelayanan Yesus Kristus, seorang guru dan pengkhotbah Yahudi dari Galilea, yang dianggap oleh pengikutnya sebagai Mesias yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama.
Menurut tradisi Kristen, Yesus disalibkan di Yerusalem sekitar tahun 30–33 Masehi, dan kebangkitannya tiga hari kemudian menjadi inti iman Kristen. Peristiwa ini memotivasi para muridnya untuk menyebarkan ajaran-Nya, yang awalnya dianggap sebagai sekte dalam Yudaisme.
Jemaat pertama terbentuk di Yerusalem pada hari Pentakosta, sekitar 50 hari setelah kebangkitan Yesus, sebagaimana dicatat dalam Kisah Para Rasul 2:1-4.
Sekitar 120 orang percaya menerima Roh Kudus, menandai kelahiran gereja mula-mula. Jemaat ini berkumpul di "gereja rumah," yaitu rumah-rumah pribadi, untuk beribadah, memecahkan roti, dan merayakan Ekaristi, yang memperingati Perjamuan Terakhir Yesus. Ibadat mereka mencakup pembaptisan sebagai tanda masuk ke dalam komunitas dan persekutuan dalam doa serta pengajaran para rasul.
Penyebaran Kekristenan
Penyebaran Kekristenan didorong oleh para rasul, terutama Petrus, Yakobus (saudara Yesus), dan Paulus dari Tarsus.
Paulus, yang awalnya menentang Kekristenan, bertobat sekitar tahun 33–36 Masehi setelah pengalaman rohani di jalan menuju Damaskus. Ia kemudian menjadi misionaris utama yang membawa Injil ke wilayah non-Yahudi, seperti Asia Kecil, Yunani, dan Roma.
Infrastruktur Kekaisaran Romawi, seperti jaringan jalan yang luas dan stabilitas politik Pax Romana, memfasilitasi perjalanan para misionaris. Selain itu, penggunaan bahasa Yunani sebagai lingua franca memungkinkan komunikasi ajaran Kristen ke berbagai budaya.
Kekristenan awal tumbuh pesat di kota-kota besar seperti Antiokhia, Efesus, Aleksandria, dan Roma. Meskipun menghadapi penganiayaan, seperti pembunuhan Stefanus sekitar tahun 35 Masehi, jumlah komunitas Kristen meningkat. Pada akhir abad pertama, diperkirakan terdapat 40–100 komunitas Kristen dengan total anggota sekitar 7.000 hingga 10.000 orang. Pertumbuhan ini menunjukkan daya tarik ajaran Kristen, yang menawarkan harapan keselamatan dan komunitas yang inklusif bagi berbagai lapisan masyarakat, termasuk orang miskin, budak, dan non-Yahudi.
Konsili Yerusalem dan Pemisahan dari Yudaisme
Sebuah tonggak penting dalam sejarah gereja mula-mula adalah Konsili Yerusalem sekitar tahun 50 Masehi, yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 15. Konsili ini membahas pertanyaan apakah orang non-Yahudi yang menjadi Kristen harus mematuhi hukum Musa, seperti sunat. Keputusan konsili bahwa hukum-hukum tersebut tidak wajib bagi orang non-Yahudi memungkinkan Kekristenan berkembang sebagai agama yang terpisah dari Yudaisme. Keputusan ini juga memperluas jangkauan Kekristenan, menarik lebih banyak pengikut dari latar belakang non-Yahudi.
Namun, gereja mula-mula juga menghadapi tantangan internal dan eksternal. Secara internal, muncul ajaran-ajaran sesat seperti Gnostisisme, yang menawarkan interpretasi alternatif tentang Yesus dan ajaran-Nya. Secara eksternal, penganiayaan dari otoritas Romawi, yang memandang Kekristenan sebagai ancaman terhadap tatanan sosial dan agama tradisional, menjadi hambatan besar. Meski demikian, gereja terus berkembang, dan pada abad ke-4, Kekristenan menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi di bawah Kaisar Konstantinus, ditandai dengan Konsili Nikea pada tahun 325 Masehi.
Asal-Usul Istilah "Kristen"
Istilah "Kristen" pertama kali muncul di Antiokhia, Syria, sekitar tahun 40–44 Masehi, sebagaimana dicatat dalam Kisah Para Rasul 11:26: "Di Antiokhialah untuk pertama kalinya murid-murid itu disebut Kristen." Kata "Kristen" berasal dari bahasa Yunani Christianos, yang berarti "pengikut Kristus" atau "yang diurapi," merujuk pada gelar "Kristus" (Christos dalam bahasa Yunani, setara dengan "Mesias" dalam bahasa Ibrani, yang berarti "Yang Diurapi"). Antiokhia, sebagai kota kosmopolitis dan pusat perdagangan di Kekaisaran Romawi, menjadi tempat penting bagi perkembangan Kekristenan. Di sini, Barnabas dan Paulus mengajar selama setahun, menarik banyak pengikut dari kalangan Yahudi dan non-Yahudi.
Penggunaan istilah "Kristen" kemungkinan besar berasal dari orang luar, mungkin sebagai sebutan ejekan atau deskriptif oleh masyarakat setempat yang mengamati komunitas pengikut Yesus. Namun, sebutan ini diterima oleh komunitas Kristen dan menjadi identitas resmi mereka. Ignatius dari Antiokhia, sekitar tahun 100 Masehi, menggunakan istilah "Kristen" dalam tulisannya, menunjukkan bahwa istilah ini telah diterima secara luas dalam komunitas Kristen pada akhir abad pertama.
Sebutan Lain untuk Pengikut Yesus
Sebelum istilah "Kristen" digunakan, pengikut Yesus dikenal dengan berbagai sebutan lain. Dalam Kisah Para Rasul, mereka disebut sebagai "orang-orang dari Jalan" (The Way, Kisah Para Rasul 9:2), merujuk pada pernyataan Yesus dalam Yohanes 14:6: "Akulah jalan, kebenaran, dan hidup." Istilah ini juga terkait dengan nubuatan Yesaya 40:3 tentang pembuka jalan bagi Tuhan. Selain itu, pengikut Yesus disebut sebagai "saudara-saudara" (Kisah Para Rasul 9:30), "murid-murid" (Kisah Para Rasul 9:19), atau "orang-orang kudus" (Kisah Para Rasul 9:32). Sebutan-sebutan ini mencerminkan identitas awal komunitas sebagai kelompok yang terikat oleh iman dan persekutuan.
Istilah "Nasrani" juga digunakan, terutama oleh komunitas Yahudi-Kristen, yang merujuk pada Yesus sebagai "Netser" (tunas) dari keturunan Isai, sebagaimana dinubuatkan dalam Yesaya 11:1. Namun, istilah ini baru muncul dalam literatur Bapa Gereja pada abad ke-4, misalnya dalam tulisan Epifanius. Penggunaan "Nasrani" lebih umum di kalangan komunitas Timur Tengah, sementara "Kristen" menjadi istilah dominan di wilayah berbahasa Yunani dan Latin.
Makna dan Perkembangan Istilah "Kristen"
Penggunaan istilah "Kristen" di Antiokhia menandai pergeseran penting dalam identitas pengikut Yesus. Sebelumnya, mereka dianggap sebagai bagian dari Yudaisme, tetapi dengan penyebaran ajaran ke dunia non-Yahudi, istilah ini membantu membedakan Kekristenan sebagai agama yang berbeda.
Istilah "Kristen" juga mencerminkan fokus pada Yesus sebagai Kristus, yang diurapi oleh Allah untuk membawa keselamatan. Penerimaan istilah ini oleh komunitas Kristen menunjukkan kesiapan mereka untuk mengadopsi identitas baru yang terpisah dari akar Yudaismenya.
Pada abad kedua, istilah "Kristen" menjadi semakin umum dalam literatur Kristen, seperti dalam tulisan-tulisan apologis Justin Martir dan surat-surat Ignatius dari Antiokhia. Istilah ini juga digunakan oleh otoritas Romawi, sering kali dalam konteks penganiayaan, untuk mengidentifikasi kelompok yang menolak menyembah dewa-dewa Romawi. Meskipun awalnya mungkin digunakan sebagai ejekan, istilah "Kristen" menjadi simbol kebanggaan bagi pengikut Yesus, yang rela menderita demi iman mereka.
Periode penting dalam sejarah Kekristenan
Gereja mula-mula Kristen adalah periode penting dalam sejarah Kekristenan, di mana ajaran Yesus menyebar dari komunitas kecil di Yerusalem ke seluruh Kekaisaran Romawi. Didorong oleh semangat para rasul seperti Paulus, Kekristenan berkembang dari sekte dalam Yudaisme menjadi agama yang berdiri sendiri, ditandai dengan Konsili Yerusalem dan penerimaan orang non-Yahudi. Istilah "Kristen," yang pertama kali digunakan di Antiokhia sekitar tahun 40–44 Masehi, mencerminkan perkembangan identitas baru bagi pengikut Yesus.
Dari sebutan awal seperti "orang-orang dari Jalan" hingga penerimaan luas istilah "Kristen," periode ini membentuk dasar bagi perkembangan Kekristenan sebagai agama dunia. Hingga Konsili Nikea pada tahun 325 Masehi, gereja mula-mula berhasil bertahan dari penganiayaan dan tantangan internal, meletakkan fondasi yang kokoh bagi pertumbuhan Kekristenan di masa depan.
0 Komentar