Injil Mencatat Cermat Perbuatan Baik Yesus, Mengapa? Ini Jawabannya!
Perbuatan baik, mulia, dan mukjizat Yesus mendominasi narasi Alkitab Kristen. Ilustrasi by Grok. |
Kisah-kisah perbuatan baik Yesus dalam Injil, dari menyembuhkan hingga membangkitkan orang mati, bukan sekadar narasi moral, melainkan penegasan akan keilahian-Nya.
Melalui mukjizat, Injil meyakinkan bahwa Yesus bukan hanya manusia, tetapi memiliki kuasa ilahi sebagai Anak Allah.
Mengapa kisah-kisah ini begitu penting?
Artikel ini menjelaskan alasan teologis dan naratif di balik kehadiran perbuatan baik Yesus dalam Injil, dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
Tujuan Teologis: Menegaskan Keilahian Yesus
Dalam iman Kristen, Yesus dianggap sebagai Mesias (Juru Selamat) dan Anak Allah yang memiliki sifat ilahi. Injil ditulis untuk meyakinkan pembaca bahwa Yesus bukan hanya manusia biasa, melainkan pribadi dengan kuasa ilahi.
Perbuatan baik Yesus, terutama mukjizat, menjadi bukti nyata dari identitas-Nya.
Mukjizat sebagai Tanda Keilahian
Mukjizat Yesus, seperti menyembuhkan orang buta sejak lahir (Yohanes 9:1-12), membangkitkan Lazarus dari kematian (Yohanes 11:1-44), atau mengubah air menjadi anggur (Yohanes 2:1-11), menunjukkan kuasa-Nya atas alam dan kematian.
Dalam bahasa Yunani, mukjizat disebut semeion (tanda), yang berfungsi untuk membuktikan bahwa Yesus adalah utusan Allah yang istimewa. Contohnya, ketika Yesus menyembuhkan orang lumpuh (Markus 2:1-12), Dia juga berkata, “Dosamu diampuni,” menunjukkan kuasa-Nya atas dosa; sesuatu yang hanya Allah bisa lakukan menurut keyakinan Yahudi saat itu.
Kasih sebagai Cerminan Sifat Allah
Selain mukjizat, tindakan kasih Yesus, seperti mengampuni perempuan yang kedapatan berzinah (Yohanes 8:1-11) atau mengasihi anak-anak (Markus 10:13-16), mencerminkan sifat Allah yang penuh kasih (1 Yohanes 4:8). Tindakan ini memperkuat bahwa Yesus adalah perwujudan kasih Allah di dunia.
Tujuan Eksplisit Injil
Injil Yohanes dengan jelas menyatakan tujuannya:
“Tetapi semua ini ditulis supaya kamu percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah, dan supaya dengan percaya itu kamu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” (Yohanes 20:31)
Perbuatan baik Yesus, seperti memberi makan 5.000 orang dengan lima roti dan dua ikan (Matius 14:13-21), dirancang untuk membangun iman pembaca, menunjukkan bahwa Yesus mampu memenuhi kebutuhan fisik dan spiritual.
Format Naratif: Biografi yang Menginspirasi
Injil ditulis dalam bentuk naratif biografis, yang menceritakan kehidupan, ajaran, kematian, dan kebangkitan Yesus. Format ini membuat perbuatan baik Yesus menjadi pusat cerita, menghidupkan pesan teologis melalui kisah yang emosional dan mudah diingat.
Struktur Cerita yang Hidup
Setiap Injil punya gaya unik, tetapi semuanya menggunakan narasi untuk menarik pembaca:
- Injil Matius: Menonjolkan Yesus sebagai Mesias yang memenuhi nubuat Perjanjian Lama, dengan kisah seperti menyembuhkan orang kusta (Matius 8:1-4).
- Injil Markus: Penuh aksi, dengan mukjizat seperti menenangkan badai (Markus 4:35-41), menunjukkan kuasa Yesus atas alam.
- Injil Lukas: Menggarisbawahi kasih Yesus kepada orang miskin dan terpinggirkan, seperti dalam kisah orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-37).
- Injil Yohanes: Lebih teologis, dengan mukjizat seperti membangkitkan Lazarus (Yohanes 11:1-44) untuk menyatakan Yesus sebagai “kebangkitan dan hidup” (Yohanes 11:25).
Format naratif ini membuat pembaca merasa dekat dengan Yesus, seolah menyaksikan sendiri perbuatan baik-Nya.
Konteks Sejarah dan Budaya
Injil ditulis pada abad pertama Masehi dalam budaya Yahudi dan Greco-Roman, di mana cerita tentang tokoh besar (filsuf, pahlawan, atau nabi) sering digunakan untuk menginspirasi.
Penulis Injil memilih format biografis untuk menjangkau audiens yang terbiasa dengan narasi semacam itu, baik orang Yahudi yang menantikan Mesias maupun non-Yahudi yang mencari kebenaran spiritual.
Menuju Kematian dan Kebangkitan
Perbuatan baik Yesus dalam Injil adalah bagian dari alur besar menuju kematian dan kebangkitan-Nya, yang dianggap sebagai puncak iman Kristen. Misalnya, mukjizat memberi makan 5.000 orang (Matius 14:13-21) terkait dengan ajaran Yesus sebagai “roti hidup” (Yohanes 6:35), yang mempersiapkan makna Ekaristi dalam tradisi Kristen.
Mengapa Perbuatan Baik Yesus Penting?
Perbuatan baik Yesus memiliki tiga fungsi utama:
- Membangun Iman: Mukjizat dan tindakan kasih membuat pembaca percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah. Misalnya, menyembuhkan orang lumpuh (Markus 2:1-12) menunjukkan kuasa Yesus atas dosa dan penyakit.
- Menunjukkan Kerajaan Allah: Perbuatan baik, seperti mengusir roh jahat (Lukas 11:20), adalah tanda bahwa Kerajaan Allah telah datang melalui Yesus.
- Inspirasi untuk Meneladani: Yesus mengajak pengikut-Nya untuk meneladani kasih-Nya, seperti saat Dia mencuci kaki murid-murid (Yohanes 13:1-17) sebagai teladan kerendahan hati.
Injil memuat perbuatan baik Yesus untuk menegaskan keilahian-Nya sebagai Mesias dan Anak Allah, sekaligus menginspirasi iman dan tindakan pengikut-Nya.
Dengan format naratif biografis, kisah-kisah seperti menyembuhkan orang sakit atau memberi makan ribuan orang menjadi bukti kuasa dan kasih Yesus, membawa pembaca menuju iman kepada kematian dan kebangkitan-Nya.
Cerita-cerita dalam Alkitab Katolik (dan Kristen) ini bukan hanya relevan pada abad pertama. Lebih dari itu, Firman Tuhan itu juga terus menginspirasi seluruh umat Kristen hingga hari ini.
Penulis sedang menyelesaikan program pendidikan S-3 pada Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Palangka Raya, dengan konsentrasi Pendidikan Agama Kristen (PAK). Mengampu mata kuliah dasar, yakni kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian pada Institut Teknologi Keling Kumang, Sekadau, Kalimantan Barat.
0 Komentar