Dua Buku Inisiasi Petrus Gunarso Ujud Pro Ecclesia et Patria
Petrus Gunarso (kelima dari kiri), menerapkan lewat buku Pro Ecclesia et Patria. |
Buku Koperasi yang digagas oleh Petrus Gunarso dan diterbitkan oleh Lembaga Literasi Dayak diserahkan kepada Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignasius Suharyo, sehari sebelum Hari Koperasi Nasional.
Sementara buku Sagu Indonesia untuk
Kedaulatan Pangan Nasional dan Dunia resmi diluncurkan di Bappenas RI pada
17 Oktober, sehari setelah Hari Pangan Sedunia.
Dua momentum itu tampak seperti berjarak tipis, namun memiliki makna yang dalam.
“Bukan koinsiden, melainkan karya Allah melalui Roh
Kudus-Nya,” ujar Petrus Gunarso, yang melihat keterkaitan keduanya sebagai
tanda penyelenggaraan ilahi yang bekerja dalam kesederhanaan peristiwa.
Buku Koperasi menyoroti peran koperasi sebagai jalan
ekonomi kerakyatan yang berakar pada nilai keadilan sosial dan kebersamaan.
Melalui karya ini, Gunarso mendorong agar semangat koperasi tidak sekadar
menjadi sistem ekonomi alternatif, tetapi menjadi gerakan moral yang meneguhkan
kemandirian umat dan bangsa.
Sementara itu, buku “Sagu Indonesia untuk Kedaulatan Pangan Nasional dan Dunia” yang diluncurkan di Bappenas menyoroti peran strategis sagu sebagai sumber pangan lokal yang mampu menjawab tantangan krisis pangan global.
Buku tersebut menghimpun hasil riset dan refleksi berbagai
pemangku kepentingan, menegaskan bahwa sagu bukan hanya bahan pangan, tetapi
simbol kedaulatan pangan nasional yang selaras dengan prinsip keberlanjutan
lingkungan.
Hari Pangan Sedunia dan Sikap Gereja
Hari Pangan Sedunia, yang diperingati setiap 16 Oktober,
ditetapkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan
Bangsa-Bangsa untuk mengingatkan dunia akan pentingnya akses pangan bagi semua
orang. Tahun ini, tema globalnya menyoroti ketahanan pangan berkelanjutan di
tengah perubahan iklim dan ketimpangan sosial.
Gereja Katolik, melalui Komisi PSE (Pengembangan Sosial Ekonomi) KWI, menanggapi momentum ini sebagai panggilan moral untuk merawat bumi dan membangun sistem pangan yang adil.
Secara liturgis, Gereja sedunia
merayakan Hari Pangan Sedunia pada 18 Oktober, bersamaan dengan refleksi iman
atas tanggung jawab manusia terhadap ciptaan.
Dalam konteks itu, peluncuran buku Sagu Indonesia
pada 17 Oktober di antara dua tanggal penting itu dipandang Gunarso sebagai
bagian dari satu alur yang tidak direncanakan, namun bermakna. “Sebagai awam,
saya melihat ini seperti kebetulan. Tapi dalam iman, saya sadar, semuanya
mengalir dalam satu rencana yang tak terduga,” ujarnya lirih.
Iman, Ilmu, dan Gerakan Nyata
Kedua buku tersebut memperlihatkan keterhubungan antara iman, ilmu, dan tindakan nyata dalam membangun kesejahteraan.
“Baik koperasi
maupun sagu adalah dua pilar ekonomi rakyat yang mengandung semangat berbagi,
gotong royong, dan keberlanjutan,” ujar salah seorang pejabat Bappenas yang
hadir dalam peluncuran.
Dengan dua karya itu, Petrus Gunarso dan Lembaga Literasi Dayak menunjukkan komitmen berkelanjutan untuk menghadirkan gagasan strategis yang berakar pada budaya lokal dan berpihak pada rakyat.
Karya tersebut juga selaras dengan arah pembangunan nasional serta semangat Gereja yang merawat kehidupan.
0 Komentar