Renungan Injil 14 September 2025: Pesta Pemuliaan Salib Suci
| Gereja merayakan 14 September 2025 sebagai Pesta Pemuliaan Salib Suci |
Oleh Rev.Mikael Dou Lodo, S.T.L.
Hari ini, Gereja Katolik memperingati Pesta Pemuliaan Salib Suci. Salib yang sering kita lihat, baik di gereja maupun di rumah, bukan sekadar simbol penderitaan atau kematian. Bagi kita, salib adalah lambang kasih Allah yang begitu besar. Kasih yang sanggup menembus penderitaan, menyalurkan pengampunan, dan membawa hidup yang baru.
Bacaan hari ini mengajak kita melihat salib dari perspektif
yang lebih dalam. Dalam Bilangan 21:4-9, kita membaca kisah Musa
meninggikan ular tembaga agar orang Israel yang tergigit ular bisa disembuhkan.
Yesus sendiri mengaitkan peristiwa itu dengan pengorbanan-Nya dalam Injil Yohanes
3:13-17. Yesus berkata bahwa Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap
orang yang percaya kepada-Nya memperoleh hidup yang kekal. Ayat yang paling
dikenal, Yohanes 3:16, menyatakan dengan jelas: “Karena begitu besar kasih
Allah akan dunia ini, sehingga Ia memberikan Anak-Nya yang Tunggal, supaya
setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal.”
Merenungkan hal ini, kita bisa menyadari bahwa salib bukan
hanya lambang penderitaan. Salib adalah tanda kemenangan. Melalui salib, Yesus
menaklukkan dosa dan maut. Ia menunjukkan bahwa keselamatan manusia lahir dari
kerendahan hati dan ketaatan penuh kepada kehendak Bapa. Dari salib,
penderitaan berubah menjadi kasih, kematian berubah menjadi kehidupan.
Kita pun menghadapi salib dalam hidup sehari-hari. Mungkin
itu berupa masalah keluarga, kesulitan ekonomi, sakit, atau rasa sepi. Kadang
kita merasa terbebani, ingin menolak, atau mengeluh. Tetapi salib mengingatkan
kita: penderitaan tidak pernah sia-sia. Setiap tantangan bisa dipersembahkan
sebagai bentuk kasih dan pengorbanan. Cara kita memikulnya menentukan apakah
kita menjadi saksi kasih Allah di dunia ini.
Renungan hari ini juga mengajak kita membuka mata terhadap
penderitaan orang lain. Tetangga yang kesepian, teman yang kehilangan
pekerjaan, anak-anak yang kekurangan kasih sayang—mereka semua memiliki “salib”
masing-masing. Salib kita bukan hanya untuk kita sendiri. Dengan memandang
penderitaan orang lain, kita belajar menebar kasih melalui perhatian, dukungan,
dan pengorbanan nyata. Bahkan hal kecil, seperti mendengarkan dengan
sungguh-sungguh, tersenyum, atau membantu dengan kemampuan yang kita punya, adalah
bentuk partisipasi kita dalam karya keselamatan Tuhan.
Salib mengingatkan kita pula untuk merenungkan hidup
sendiri. Apa salib yang sedang kita pikul sekarang? Apakah kita menolaknya atau
menerimanya dengan iman dan pengharapan? Kadang kita tergoda untuk berpikir
penderitaan adalah hukuman atau kegagalan. Namun salib Yesus mengajarkan
sebaliknya. Di balik setiap kesulitan, ada kasih Allah yang menyertai, yang
menguatkan, yang menuntun kita pada kehidupan baru. Salib bukan akhir dari
cerita; salib adalah jalan menuju kemenangan, seperti yang ditunjukkan Kristus.
Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih atas kasih-Mu yang rela menembus penderitaan demi
keselamatan kami. Ajarlah kami untuk memandang salib bukan hanya sebagai simbol
penderitaan, tetapi sebagai tanda kemenangan kasih-Mu. Berikan keberanian
kepada kami untuk memikul salib hidup dengan iman, harapan, dan kasih. Bimbing
kami agar setiap pengorbanan kecil menjadi sarana menebar kasih kepada sesama.
Semoga hidup kami menjadi saksi bagi dunia akan kasih-Mu yang tak terbatas.
Amin.
Saat kita menatap salib hari ini, marilah kita menatap hidup kita sendiri dengan mata iman. Setiap langkah, setiap pilihan, setiap tindakan sederhana bisa menjadi bagian dari karya keselamatan yang lebih besar.
Salib
mengajak kita hidup bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi untuk orang lain.
Kasih sejati melampaui penderitaan, dan di balik setiap kesulitan selalu ada
harapan dan kehidupan baru.
Semoga Pesta Pemuliaan Salib Suci hari ini meneguhkan iman
kita. Juga memperdalam cinta kita kepada Tuhan, dan menguatkan kita untuk memikul
salib hidup kita dengan sukacita dan pengharapan.
0 Komentar