Tata Cara Resmi Pemakluman Wafatnya Paus menurut Pasal 30 Universi Dominici Gregis

Tata Cara Resmi Pemakluman Wafatnya Paus menurut Pasal 30 Universi Dominici Gregis
Gereja Katolik punya tradisi sendiri memaklumkan pemimpin tertingginya di dunia ini wafat. Ill. by AI.

Oleh Sr. Tanti Yosepha, CP, M.Pd.
Pemakluman wafatnya Paus bukanlah proses biasa. Gereja Katolik memiliki tata cara resmi yang diatur secara ketat dalam Pasal 30 Universi Dominici Gregis

Proses ini dipimpin oleh Kardinal Camerlengo, pejabat Vatikan dengan lima tugas utama, salah satunya memastikan wafatnya Paus.

Saat ini, jabatan Camerlengo dipegang oleh Kevin Joseph Kardinal Farrell, yang ditunjuk oleh Paus Fransiskus pada 14 Februari 2019. Prosedur ini sarat simbol, penuh tradisi, dan dijalankan dengan kehati-hatian tinggi.


Proses Verifikasi Wafatnya Paus

Ketika Paus dinyatakan wafat, Kardinal Camerlengo memasuki ruangan tempat beliau dirawat. Langkahnya perlahan namun mantap, diiringi tatapan penuh hormat dari para prelatus dan pejabat Kuria Roma. Dalam suasana hening, Camerlengo memanggil nama Paus tiga kali dengan suara tegas.

Tidak ada jawaban — hanya diam yang menjadi penanda berakhirnya sebuah kepemimpinan. Setelah itu, Cincin Nelayan yang menjadi simbol otoritas Paus dilepaskan dan dihancurkan di hadapan saksi.
Menurut Pasal 30 Universi Dominici Gregis, momen ini tidak boleh didokumentasikan. 

Foto atau video hanya diperbolehkan dengan izin Camerlengo, dan Paus harus menggunakan busana kepausan. Hal ini pernah terjadi pada wafatnya Paus Yohanes Paulus II tahun 2005, ketika apartemen kepausan disegel pada 12 April, menandai dimulainya masa sede vacante


Tanda Duka dan Transisi Kepemimpinan

Setelah pengumuman internal, lonceng Basilika Santo Petrus berdentang pelan, memberi tanda kepada dunia bahwa Gereja Katolik kehilangan pemimpinnya. Arsip pribadi Paus segera diamankan, akses ke Vatikan dibatasi, dan laporan resmi wafatnya Paus ditulis langsung oleh Camerlengo.

Di seluruh dunia, umat Katolik mengadakan misa requiem di katedral utama. Doa-doa dipanjatkan, lilin-lilin dinyalakan, dan bendera dikibarkan setengah tiang. Para pemimpin dunia pun menyampaikan belasungkawa. 


Menuju Pemilihan Paus Baru

Di balik suasana duka, Gereja mulai bersiap menyambut babak baru. Konklaf akan segera dilaksanakan di Kapel Sistina. Para Kardinal dari berbagai negara berkumpul, membawa tanggung jawab besar untuk memilih penerus Takhta Santo Petrus.

Dunia menanti dengan penuh harapan, siap menyambut Paus baru yang akan memimpin umat Katolik di seluruh penjuru bumi. Dalam keheningan yang khidmat, sejarah kembali ditulis.


Keagungan dan Keindahan Tradisi Gereja Katolik

Inilah keagungan sekaligus keindahan yang tak lekang oleh waktu dalam tradisi Gereja Katolik. Paus diakui sebagai penerus sah Takhta Santo Petrus, sesuai sabda Kristus dalam Injil:
“Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya.” (Matius 16:18).

Sejak masa kepemimpinan Santo Petrus (32–67 M), Gereja Katolik telah memiliki 367 Paus hingga masa kini, termasuk Paus Leo XIV. Garis suksesi apostolik ini menjadi salah satu warisan rohani paling agung dalam sejarah umat manusia.

Setiap Paus tidak hanya melanjutkan misi untuk menggembalakan umat Katolik di seluruh dunia, tetapi juga memelihara kesatuan Gereja di tengah beragam tantangan zaman. 

Kehadiran Paus selalu menjadi tanda kesinambungan iman, penjaga ajaran, dan sumber inspirasi rohani bagi lebih dari 1,3 miliar umat Katolik di berbagai benua. Inilah mata rantai sejarah yang menghubungkan masa para rasul dengan kehidupan Gereja masa kini.

Penulis seorang pendidik di sebuah SD swasta di Pontianak, pegiat literasi, hobi membaca dan menulis.

0 Komentar

Type above and press Enter to search.