Santo Paulus Khotbah di Efesus dalam Lukisan Eustache Le Sueur di Museum Louvre

 

Santo Paulus Khotbah di Efesus dalam Lukisan Eustache Le Sueur di Museum Louvre
Santo Paulus Khotbah di Efesus dalam Lukisan Eustache Le Sueur di Museum Louvre

Oleh
Masri Sareb Putra

Khotbah Santo Paulus di Efesus adalah lukisan minyak karya pelukis Prancis Eustache Le Sueur, diselesaikan pada tahun 1649. 

Maha-karya berukuran 3,94 x 3,28 meter ini menampilkan Santo Paulus berdiri di tengah, dikelilingi jemaat Efesus yang menyimak dengan penuh perhatian. Saat ini, lukisan tersebut menjadi koleksi permanen di Museum Louvre, Paris.

Eustache Le Sueur (1617–1655) dikenal sebagai salah satu pendiri Akademi Lukisan dan Patung Prancis. Karya-karya religiusnya memadukan komposisi rapi, pencahayaan dramatis, dan gaya Barok yang khas, sekaligus meletakkan dasar bagi perkembangan neoklasik di Paris. 

Makna Pelayanan Santo Paulus di Efesus

Lukisan ini menangkap momen penting dalam pelayanan Paulus: penyampaian pesan iman yang mengubah cara hidup jemaat. Bagi Paulus, keselamatan adalah anugerah Allah yang diterima melalui iman, bukan hasil usaha manusia. Pesan ini tetap relevan di masa kini, terutama di Indonesia yang kaya keberagaman budaya dan agama.

Kesadaran bahwa keselamatan adalah anugerah mendorong umat untuk hidup rendah hati, penuh syukur, dan mengandalkan kasih karunia Tuhan dalam setiap langkah. 

Pesan Kesatuan dan Damai Sejahtera

Selain menegaskan kasih karunia, Paulus mengajak jemaat untuk hidup dalam kesatuan dan damai sejahtera. Ia menekankan pentingnya saling mengasihi dan mendukung satu sama lain. Dalam konteks Indonesia, pesan ini menjadi pengingat untuk menjaga persatuan dalam keragaman, saling menghormati, dan bekerja sama demi kebaikan bersama.

Kesatuan yang kokoh akan melahirkan masyarakat yang harmonis, di mana perbedaan menjadi kekuatan, bukan penghalang. 

Relevansi bagi Masyarakat Indonesia

Menghidupi pesan Santo Paulus berarti menjadi saksi Kristus di tengah masyarakat. Nilai-nilai Kristiani seperti rendah hati, bersyukur, menjaga persatuan, dan membangun perdamaian dapat membawa dampak positif bagi keluarga, komunitas, dan bangsa.

Dengan demikian, lukisan Khotbah Santo Paulus di Efesus bukan hanya karya seni bersejarah, tetapi juga pengingat bahwa panggilan iman berlaku lintas zaman dan lintas budaya

Lukisan sebagai Media Visual yang Menghadirkan Makna

Lukisan bukan sekadar gambar indah di atas kanvas. Ia adalah media yang mengalihkan sesuatu yang abstrak menjadi bentuk visual yang dapat diindra. Melalui komposisi warna, cahaya, dan bentuk, sebuah lukisan mampu membungkus ide, perasaan, dan keyakinan menjadi pengalaman estetis yang dapat dirasakan oleh siapa pun yang melihatnya.

Dalam tradisi Katolik—dan Kristen pada umumnya—seni rupa sarat dengan simbol. Salib, cahaya, warna, posisi tubuh, bahkan ekspresi wajah dalam lukisan, semuanya membawa makna teologis yang mendalam. Namun, memahami simbol-simbol itu tidak selalu harus melalui studi filsafat atau teori semiotika yang rumit. Sering kali, akal sehat yang terbuka dan hati yang peka sudah cukup untuk menangkap pesan yang ingin disampaikan.

Karya religius seperti Khotbah Santo Paulus di Efesus menunjukkan bahwa seni dapat menjadi jembatan antara keindahan dan kebenaran iman. Lukisan mengundang mata untuk melihat, pikiran untuk merenung, dan hati untuk merespons. Di titik inilah, seni menjadi doa yang membisu, namun berbicara lantang kepada jiwa.

Penulis adalah angkatan 2.000 dalam Sastra Indonesia (Leksikon Susastra Indonesia, 2000: 390), penuls prolific, dan pekerja-kata.

0 Komentar

Type above and press Enter to search.